BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.
Daya simpan telur, khususnya telur ayam, amat pendek.
Oleh karena itu perlu diperlakukan secara khusus jika ingin telur bisa disimpan
lebih lama, apalagi bila menginginkan kondisi telur berada dalam keadaan segar.
Salah satu upaya memperpanjang kesegaran telur adalah dengan mengawetkannya.
Pengawetan telur segar sangat berguna dalam upaya mengatasi saat-saat harga
telur tinggi. Untuk itu dicarilah upaya pengawetan telur yang mudah, sederhana,
dan irit biaya.
Telur dapat bertahan lama pada suhu yang dingin, misalnya dengan menaruhnya di lemari es.
Telur dapat bertahan lama pada suhu yang dingin, misalnya dengan menaruhnya di lemari es.
1.2 Rumusan
Masalah.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar
belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana
upaya mengawetkan telur tanpa harus dimasukkan ke dalam lemari es, melalui
pemanfaatan bahan-bahan yang ada di kota Dumai dengan tidak mengeluarkan banyak
biaya?
1.3 Tujuan dan
Manfaat Penelitian
Penelitian karya ilmiah ini bertujuan:
1.
Mencari upaya lain dalam pengawetan telur, khususnya
pada masyarakat yang belum memiliki alat pendingin seperti lemari es.
2.
Mencoba melakukan kegiatan ilmiah sebagai solusi
menjawab persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat, khususnya di kota
Dumai.
Adapun
manfaat penelitian ini amat berguna bagi masyarakat, karena bisa mengawetkan
telur segar lebih lama, tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.
1.4 Sistematika
Penulisan
Judul
Pengesahan
Kata
Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
Latar
Belakang
Rumusan
Masalah
Tujuan dan
Manfaat Penelitian
Sistematika Penulisan.
Bab II
Bab II
Kajian
teoritis
Kualitas
Telur
Komposisi
Telur.
Metode Penelitian
Metode Penelitian
Bab III Hasil
dan Pembahasan
Alat dan
Bahan
Cara Kerja
Analisis.
Bab IV Penutup
Bab IV Penutup
Kesimpulan
dan Saran
Daftar
Pustaka
BAB II
KAJIAN TEORITIS
KAJIAN TEORITIS
2.1 Kualitas
Telur.
Kualitas telur ditentukan oleh dua faktor, yakni
kualitas luarnya berupa kulit cangkang dan isi telur. Kualitas luar ini bisa
berupa bentuk, warna, tekstur, keutuhan, dan kebersihan kulit cangkang.
Sedangkan yang berkaitan dengan isi telur meliputi kekentalan putih telur,
warna dan posisi telur, serta ada tidaknya noda-noda pada putih dan kuning
telur. Dalam kondisi baru, kualitas telur tidak banyak mempengaruhi kualitas
bagian dalamnya. Jika telur tersebut dikonsumsi langsung, kualitas telur bagian
luar tidak menjadi masalah. Tetapi jika telur tersebut akan disimpan atau
diawetkan, maka kualitas kulit telur yang rendah sangat berpengaruh terhadap
awetnya telur. Kualitas isi telur tanpa perlakuan khusus tidak dapat
dipertahankan dalam waktu yang lama. Dalam suhu yang tidak sesuai, telur akan
mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari dua minggu. Kerusakan ini
biasanya ditandai dengan kocaknya isi telur dan bila dipecah isinya tidak
mengumpul lagi. Menurut Haryoto (1996), Muhammad Rasyaf (1991), dan Antonius Riyanto
(2001), dinyatakan bahwa kerusakan isi telur disebabkan adanya CO2 yang
terkandung di dalamnya sudah banyak yang keluar, sehingga derajat keasaman
meningkat. Penguapan yang terjadi juga membuat bobot telur menyusut, dan putih
telur menjadi lebih encer. Masuknya mikroba ke dalam telur melalui pori-pori
kulit telur juga akan merusak isi telur. Telur segar yang baik ditandai oleh
bentuk kulitnya yang bagus, cukup tebal, tidak cacat (retak), warnanya bersih,
rongga udara dalam telur kecil, posisi kuning telur di tengah-tengah, dan tidak
terdapat bercak atau noda darah.
2.2 Komposisi
Telur.
Telur ayam pada umumnya memiliki berat sekitar 50-57
gram perbutirnya, yang terdiri dari 11% bagian kulit telur, 50% bagian putih
telur, 31% bagian kuning telur. Telur adalah sumber protein bermutu tinggi,
kaya akan vitamin dan mineral. Protein telur termasuk sempurna, karena
mengandung semua jenis asam amino esensial dalam jumlah cukup seimbang. Asam
amino esensial sangat dibutuhkan oleh manusia, karena tidak dapat dibuat
sendiri oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari makanan yang dimakan. Telur
juga mengandung vitamin A, vitamin B Kompleks, dan vitamin D. Di samping itu
telur juga mengandung sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium,
sodium, dan magnesium dalam jumlah yang cukup. Semua unsur ini sangat penting
guna meningkatkan pertumbuhan tubuh pada anak-anak dan remaja. Anak balita
setiap hari membutuhkan kurang lebih 15 gram protein hewani. Kebutuhan tersebut
dapat dipenuhi apabila anak balita mengkonsumsi 2 butir telur ayam perhari.
Protein sangat dibutuhkan untuk membangun sel tubuh dan memperbaiki sel tubuh
yang rusak. Itulah sebabnya telur sering diberikan kepada anak kecil untuk
membantu pertumbuhan badan, dan kepada orang yang dalam proses penyembuhan guna
mengganti sel tubuh yang rusak.
Komposisi zat gizi telur ayam dalam 100 gram :
1.
Kalori (kal) : 162,0
2.
Protein (g) : 12,8
3.
Lemak (g) :11,5
4.
Karbohodrat (g)
: 0,7
5.
Kalsium (mg) : 54,0
6.
Fosfor (mg) :
180,0
7.
Besi (mg) : 2,7
8.
Vitamin A : 900,0
9.
Vitamin B : 0,1
10. Air (g) : 72
2.3 Materi
Penelitian.
Dalam penelitian hingga penyusunan karya ilmiah ini
digunakan metode ilmiah, berupa kepustakaan dan observasi, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Pengumpulan data kepustakaan dan bahan/alat yang berkaitan
dengan objek penelitian.
2.
Melakukan observasi (pengamatan) untuk mengetahui
sampai sejauh mana hasil yang didapat dari uji coba yang dilakukan.
3.
Melakukan analisis dan kesimpulan dari hasil uji coba
Pada penelitian tersebut variabel bebas atau penyebabnya adalah pengolesan minyak kelapa, Untuk variabel terikat atau akibatnya adalah pengawetan telur ayam segar. Sedangkan variabel kontrolnya adalah telur dibiarkan (tanpa diolesi). Sebagai pembanding digunakan pengolesan telur dengan air kapur.
Pada penelitian tersebut variabel bebas atau penyebabnya adalah pengolesan minyak kelapa, Untuk variabel terikat atau akibatnya adalah pengawetan telur ayam segar. Sedangkan variabel kontrolnya adalah telur dibiarkan (tanpa diolesi). Sebagai pembanding digunakan pengolesan telur dengan air kapur.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Alat dan
Bahan.
1.
Telur.
2.
Kapur.
3.
Kelapa.
4.
Parutan kelapa.
5.
Panci.
6.
Kertas.
7.
Spidol.
8.
Saringan
kelapa.
9.
Wajan dan susuk.
10. Kompor.
11. Minyak
tanah.
12. Korek api.
13. Kuas kecil.
14. Air.
15. Wadah.
16. Minyak curah.
3.2 Cara Kerja.
Untuk menilai pengawetan telur ayam dilakukanlah
pengujian mulai tanggal 19 November sampai 31 Desember 2010, dengan melakukan
perbandingan untuk menilai kesegaran telur-telur tersebut setelah beberapa hari
kemudian. Perbandingan itu dengan cara mengelompokkan telur-telur tersebut ke
dalam 4 kelompok, sebagai berikut:
1.
Kelompok telur I.
Telur diolesi minyak curah. Telur yang akan diawetkan
dicuci terlebih dahulu dan
dikeringkan. Selanjutnya telur diolesi minyak curah dengan memakai kuas kecil.
Setelah itu telur disimpan di tempat kering. Selama disimpan telur diusahakan
tidak dipegang atau digoyang-goyang.
2.
Kelompok telur II.
Telur diolesi air kapur dan diaduk. Telur yang akan diawetkan
dicuci terlebih dahulu. Setelah itu telur diolesi air kapur dengan menggunakan
kuas kecil. Pengawetan dengan air kapur ini sebagai pembanding model pengawetan
lainnya, karena kita mengetahui bahwa cangkang telur terdiri dari zat kapur.
3.
Kelompok III.
Telur diolesi minyak kelapa. Langkah pertama kelapa
dikupas dan diparut. Selanjutnya parutannya diremas-remas sambil ditambah air
secukupnya. Hasilnya adalah berupa santan. Santan itu kemudian direbus selama
kurang lebih 3 jam. Setelah menjadi minyak, pisahkan minyak tersebut dari
ampasnya. Tahap berikutnya ambil telur dan dicuci. Kemudian telur diolesi
minyak kelapa dengan menggunakan kuas kecil. Biasanya, 1 liter minyak kelapa
bisa digunakan untu mengawetkan telur sekitar 70 kg.
4.
Kelompok IV.
Telur dibiarkan (tanpa diolesi apa-apa), setelah telur
dicuci. Telur disimpan di tempat kering. Selama proses penyimpanan telur tidak
boleh dipegang ataupun digoyang.
3.3 Analisis
Hasil
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil, bahwa telur
ayam yang diolesi minyak kelapa dapat bertahan kesegarannya selama 2 bulan atau
8 minggu. Sedangkan telur yang diolesi minyak curah bagian kuning telur sudah
tidak utuh, membusuk, dan berbau. Untuk telur yang diolesi air kapur, kuning
telurnya tidak utuh, busuk, terdapat banyak belatung, dan berbau. Demikian pula
pada telur yang dibiarkan (tanpa diolesi) kesegarannya hanya bertahan 1 minggu,
setelah itu kuning telurnya sudah tidak utuh, busuk, terdapat banyak belatung,
dan berbau.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 kesimpulan.
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
cara pengawetan telur ayam segar selain dimasukkan lemari es, dapat pula
dilakukan mengolesi telur dengan minyak kelapa. Pengolesan telur ayam dengan
minyak kelapa mampu mempertahankan kesegaran telur selama 8 minggu atau 2
bulan. Pengawetan telur dengan minyak kelapa tidak hanya mampu mempertahankan
kesegaran telur, tapi juga mampu mempertahankan keutuhan nilai gizinya. Hal ini
amat menguntungkan, karena selain prosesnya mudah juga irit dalam biaya.
4.2 Saran.
1.
Dalam membeli telur pilihlah telur yang baik, yaitu
telur yang memiliki ukuran dan bentuk yang proporsional.
2.
Sebelum telur disimpan untuk mempertahankan
kesegarannya telur dicuci bersih terlebih dahulu agar tidak terinfeksi bakteri.
3.
Sebaiknya telur yang diawetkan disimpan dalam rak.
4.
Masyarakat kiranya perlu mencoba melakukan upaya agar
telur tetap dalam keadaan segar dengan cara diolesi minyak kelapa, karena bisa
mempertahankan kesegaran telur dengan biaya murah.
DAFTAR PUSTAKA
·
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Reseach. Yogyakarta : Andi.
·
Haryoto. 1996. Pengawetan
Telur Segar. Yogyakarta : Kanisius.
·
Rashaf, Muhammad. 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Yogyakarta : Kanisius.
·
Riyanto, Antonius. 2001. Sukseskan Menetaskan Telur Ayam. Jakarta : Andromedia Pustaka.
0 komentar:
Posting Komentar